Dampak Corona, Proyek Pendirian Bangunan Vertikal Jadi Tertunda
Sahabat Perumahan Fajar Group, hingga saat ini masih banyak pengembang properti yang melakukan penundaan atas proyek-proyek mereka. Terutama proyek pendirian high rise building atau bangunan vertikal. Alasannya adalah karena peminatnya masih sedikit karena dampak penyebaran virus corona.
Pada masa sekarang, sebagian besar pengembang memilih fokus pada proyek landed house atau rumah tapak. Archied Noto Pradono, Direktur Intiland menyatakan hal ini kemarin di Jakarta.
Menunda dan mengamati situasi
Di kesempatan tersebut Archied juga menjelaskan, jika pandemi Covid-19 yang telah terjadi sejak pertengahan Maret tahun 2020 memunculkan dampak yang sangat buruk bagi perekonomian. Semua sektor termasuk properti terkena efek negatif tersebut dan sahabat Perumahan Fajar Group pasti juga ikut merasakannya.
Menurutnya, pasar properti Indonesia sedang mengalami penurunan permintaan yang signifikan. Kasus penyebaran corona yang hingga saat ini belum muncul tanda-tanda akan berakhir membuat investor dan konsumen memilih melakukan penundaan.
Harapan pada vaksinasi dan pengembangan usaha
Pada sisi yang lain, Archied tetap meyakini apabila kegiatan vaksinasi yang sekarang mulai digalakkan pemerintah akan membuat sektor properti dapat bergairah kembali. Apalagi dengan adanya dukungan berbagai macam intensif dari pemerintah.
Sehubungan dengan perkembangan ini, Intiland telah menyiapkan anggaran sebanyak Rp. 1 triliun untuk melaksanakan proyek pembangunan rumah tapak. Adapun target prapenjualannya diharapkan bisa mencapai Rp. 2 triliun pada akhir 2021.
Sahabat Perumahan Fajar Group, keputusan yang hampir sama juga menjadi pilihan developer lain, PT Triniti Dinamik TBK. Pengembang yang baru saja mencatatkan saham perdananya di lantai bursa ini ikut mendirikan proyek landed house.
Samuel Stephanus Wang yang merupakan direktur perusahaan tersebut menceritakan, keputusan yang diambil oleh perusahaannya adalah suatu strategi peragaman produk. Sebelumnya, PT Triniti Dinamik TBK hanya fokus kepada proyek bangunan vertikal.
Diungkapkan pula, proyek rumah tapak itu memiliki banyak keunggulan, khususnya dalam urusan penghematan anggaran. Dengan adanya proyek ini pembangunan rumah dapat disesuaikan menurut pesanan. Bebeda dengan proyek bangunan vertikal, karena pembangunannya harus dilakukan secara menyeluruh.
Samuel juga berpendapat, pembangunan rumah vertikal merupakan proyek properti yang resikonya cukup tinggi. Sahabat Perumahan Fajar Group pasti memahami bahwa ketika unit kamar pada bangunan vertikal tidak bisa terjual semuanya, developer akan menanggung kerugian besar.
Sedangkan resiko kerugian rumah tapak tidak begitu tinggi. Perbedaan seperti inilah yang kemudian mendorong PT Triniti Dinamik TBK semakin percaya diri melakukan disertivikasi usaha.
Tidak lama setelah memperoleh dana segar melalui penjualan saham di lantai bursa, perusahaan ini langsung tancap gas merealisasikan proyeknya. Salah satunya adalah membeli tanah di Batam untuk membangun perumahan tapak.
Dalam kesempatan bertemu dengan wartawan Samuel kembali memberikan informasi terbaru. Potongan PPN dari pemerintah yang diberikan pada sektor properti memiliki pengaruh besar atas penjualan produk usaha tersebut. Jadi sahabat Perumahan Fajar Group, ketika potongan tersebut masih berlaku, jangan menunda lagi membeli rumah.